Pertemuan pertama kita terekam
jelas di otakku. Aku sering memainkan adegan itu dalam gerak lambat.
Mengingat, mereka, dan merasakan setiap helai gerakanmu. Ingatkah kamu,
waktu itu aku hampir celaka? Kamu ada di sana. Aku ada di sana. Terluka.
Kini, aku hanya ingin menghentikan waktu, dan
mempigurakan senyummu yang selalu mampu membuatku tenang. Walau dalam
badai, meski dalam tangis, dan senja merah yang manis.
Mungkin kita adalah dua sisi koin yang ditakdirkan
berpasangan. Mungkin di saat seperti ini, kita baru paham seperti apa
bentuk rindu yang menelusup pelan. Kala diam. Kala hening. Kala malam.
Jika rasa ini memang nyata, maka ajari aku, tetap
melaju tapi tak terjebak waktu. Tetap berpusar tanpa harus terlempar.
Tetap mengalir tanpa harus berpikir
Kamu. Ketika rumus fisika majal, matematika menemui
ajal, kimia tak lagi berguna, dan biologi hanya kata tanpa arti. Kamu,
ketika cinta menjelma menjadi satu definisi. Pasti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar